Orang Tua Unjuk Rasa di Parlemen Minta TK Diperbanyak
Terbatasnya jumlah sekolah taman kanak-kanak dan lambatnya tanggapan anggota parlemen, sekitar 30 orang tua melakukan unjuk rasa di depan gedung Parlemen di Tokyo pada 5 Maret silam, yang dipicu oleh keluhan seorang wanita tanpa nama yang diposting dalam salah satu blog pada pertengahan Februari silam yang menjelaskan dirinya tidak dapat mendaftarkan anaknya yang berusia 1 tahun ke sekolah taman kanak-kanak.
Ketika anggota parlemen wanita dari partai oposisi mengangkat postingan di blog itu dalam rapat parlemen pada akhir Februari, anggota DPR lainnya banyak yang mencemooh dan menilai postingan itu hanyalah kabar bohong.
Peristiwa itu mendorong Kurahashi Akane (52 tahun), yang menetap di Kota Ota, Metropolitan Tokyo, mengusulkan melakukan unjuk rasa melalui postingan di Twitter.
"(Ketika membaca postingan di blog itu) Saya pikir dia menghadapi masalah yang sama seperti yang saya hadapi 20 tahun silam, dan tampaknya situasinya tidak berubah hari ini, "katanya.
Postingan wanita tanpa nama , di bawah header "Hoikuen Ochita " (saya gagal mendaftarkan anak saya di sekolah anak-anak), menggambarkan kemarahannya dan menuntut peningkatan jumlah sekolah taman kanak-kanak.
Saat Yamao Shiori dari Partai Demokrat, yang merupakan kelopok opososo utama, mengajukan agar postingan di blog mengenai kurangnya jumlah taman kanak-kanak dalam rapat anggaran Majelis Rendah pada 29 Februari silam, salah seorang anggota parlemen meneriakan, “Siapa yang menulis?” dan anggota lainnya meminta, “Bawa wanita itu kesini.”
Komentar dari anggota parlemen itu menimbulkan protes di forum online di internet.
Tidak lama kemudian hashtag, “Hoikuen Ochitano Watashi da” (Ini adalah saya yang gagal mendaftarkan anak di sekolah taman kanak-kanak) dibuat di Twitter, dan juga muncul poster yang mengkritik pemerintah karena tidak dapat mengatasi masalah kekurangan sekolah taman kanak-kanak.
Ketika Kurahashi mengumumkan di Twitter, "Besok, saya akan pergi (untuk melakukan demonstrasi) di depan gedung parlemen," banyak orang menyatakan niat mereka untuk bergabung.
"Saya tidak pernah membayangkan begitu banyak orang akan berkumpul di sini," katanya. "Karena ada juga orang yang tidak bisa datang, saya juga ingin mereka mengungkapkan pendapatnya di sini."
Dalam demonstrasi tanggal 5 Maret, sekitar 30 orang berdiri melakukan protes diam, dan membentangkan spanduk bertuliskan, "Ini saya yang gagal mendaftarkan anak ke sekolah taman kanak-kanak."
Seorang asisten perawat berusia 27 tahun yang tinggal di Kota Adachi, Metropolitan Tokyo berpartisipasi dalam demonstrasi bersama anaknya yang berusia 8 bulan. Meskipun sudah mendaftar di 10 sekolah taman kanak-kanak yang diakui pemerintah, namun dirinya tidak bisa mendaftarkan anaknya di salah satu sekolah itu.
"Rumah sakit tempat saya bekerja juga menghadapi kekurangan tenaga kerja, dan saya telah diberitahu (oleh manajemen rumah sakit) untuk segera kembali bekerja dua bulan setelah kelahiran anak. Jika saya mendaftarkan anak ke sekolah pembibitan yang tidak diakui pemerintah, beban keuangan untuk keluarga akan menjadi besar. Apa yang harus saya lakukan? "katanya.
Asisten perawat itu tidak pernah berpartisipasi dalam demonstrasi. Tapi ejekan di parlemen membuatnya marah dan mendorongnya bergabung dengan demonstrasi untuk pertama kalinya.
Seorang pegawai perusahaan pria berusia 36 tahun dari kota Shinagawa, Metropolitan Tokyo berpartisipasi dalam demonstrasi bersama dengan istri dan anaknya yang berusia 5-bulan serta melampirkan plakat sendiri ke kereta bayi. Dia tidak bisa memasukan anaknya di setiap sekolah pembibitan yang diakui pemerintah.
"Kebijakan pemerintah masih berfokus pada warga lanjut usia. Kebijakan untuk generasi muda masih diabaikan,"katanya.
Selanjutnya satu petisi yang meminta sistem perawatan anak yang lebih baik telah dimulai di Internet dengan judul "Hoikuen Ochitano Watashi untuk Watashino Nakamada" (Ini adalah saya dan teman-teman yang gagal mendaftarkan anak ke sekolah taman kanak-kanak).
Upaya itu mendapat respon lebih dari 20.000 tanda tangan hanya dalam dua hari.
Komentar
Posting Komentar