Bappenas & Kankyo Sho Tangani Dampak Perubahan Iklim
Kementerian Lingkungan (Kankyo Sho) dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional atau Bappenas melaksanakan simposium perubahan iklim Selasa (15/03) yang membahas mengenai dampak bencana yang dipicu pemanasan global seperti pada pertanian, perikanan, kehutanan dan juga kesehatan.
Dalam kesempatan itu juga guna memberikan dukungan kepada pemerintah Indonesia dilakukan penandatanganan letter of intent (LOI) untuk kerjasama pengiriman tim ahli dari Jepang yang ditugaskan ke Indonesia untuk melakukan pengumpulan data terkait dampak pemanasan global, dan juga membuat rencana penerapannya berdasarkan daerah.
Selama berlangsungnya simposium, ahli dari kedua negara saling bertukar informasi dan juga pengalaman.
Endah Murniningtyas, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Bappenas menjelaskan, “Adanya pertumbuhan ekonomi Indonesia berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim, yang merupakan akibat dari pengeluaran emisi gas pemicu efek rumah kaca.“
Lebih lanjut Endah memaparkan dampak lainnya seperti iklim yang abnormal, kenaikan permukaan laut, penurunan hasil panen, meningkatnya wabah penyakit, dan seringnya terjadi bencana alam.
Dari pihak Indonesia, Profesor Ridad Agoes dari Universitas Pajajaran, yang dalam penjelasannya memaparkan dari perspektif kesehatan, menilai dampak dari perubahan suhu, tingkat kelembaban, curah hujan, memicu wabah penyakit melalui nyamuk yang menjadi carrier atau pembawa penyakit seperti malaria, demam berdarah dan demam kuning.
Sementara, Takemoto Akio Director, Research and Information Office, Global Environment Bureau, Kementerian Lingkungan menjelaskan, “Upaya antisipasi pemanasan global sangat diperlukan guna mengurangi emisi gas rumah kaca, dan jika terjadi perubahan iklim maka diupayakan untuk meminimalisir dampaknya khususnya jika terjadi bencana alam,dan kerusakan di sektor perikanan, pertanian, kehutanan, dan kesehatan.”
Dalam LOI disebutkan bahwa pengalaman dan pengetahuan Jepang mengenai perubahan iklim akan dibagi, dan juga membuat prediksi mengenai resiko pemanasan global berdasarkan data yang dikumpulkan di tiap provinsi, yang nantinya digunakan untuk membantu tiap pemerintah daerah menerapkan rancangan antisipasinya.
Untuk tahap awal, Provinsi Sumatra Utara dan Jawa Timur menjadi model percontohan, yang direncanakan selesai pada bulan Maret 2018, dengan bantuan tim ahli dari Universitas dan lembaga riset asal Jepang untuk membuat analisa ilmiah dan prediksi , yang didukung Kementerian Lingkungan.
Simposium yang berlangsung di Hotel DoubleTree Jakarta ini dihadiri sekitar 100 orang, yang berasal dari Kementerian dan Lembaga negara terkait. Selanjutnya simposium serupa akan diselenggarakan di Medan, Sumatera pada 16 Maret dan 17 Maret di Surabaya, Jawa Timur.
Komentar
Posting Komentar